Sudah dua jam lebih Icha menunggu lewatnya bus P-45 yang biasanya
mengantarkannya pergi pulang sekolah. Ya, hanya bus rakyat itulah
satu-satunya sarana transportasinya dari Cimone tempat sekolahannya
berada ke rumahnya di bilangan blok M Jakarta selatan. Tapi sejauh ini,
bus itu belum nongol-nongol juga. Padahal kakinya sudah semutan terus
berdiri di dalam terminal Cimone yang dahulu masih sepi dan tidak
terawat.(kebanyakan para penumpang malas untuk masuk keterminal tetapi
lebih banyak memilih menunggu angkutannya diluar terminal,lebih aman
katanya)
Icha yang kelas satu dan belum sebulan ini masuk sekolah barunya,
melirik sekali lagi jam tangannya hadiah dari kakaknya yang kerja di
Batam. Pukul lima petang lewat limapuluh menit. Inilah arloji hadiahnya
jika masuk SMA favorit. Gadis 16 tahun bertubuh imut ,langsing tapi
tampak sexi dengan balutan rok abu-abu diatas lutut dan baju putih ketat
itu memang pintar dan cerdas. Tak heran jika ia mampu menembus bangku
sekolah idamannya.
Cuaca di atas langit sana benar-benar sedang mendung. Angin bertiup
kencang, sehingga membuat rambut panjang sepinggangnya yang lebat tapi
agak kemerahan itu berkibar-kibar. Hembusannya yang dingin membuat gadis
berkulit kuning langsat dan berwajah ayu seperti artis Agnes monica
berkulit kuning langsat tapi mata tidak terlalu sipit (karena Icha
memang bukan keturunan china) itu memeluk tas barunya erat-erat untuk
mengusir hawa dinginnya. Berulang kali bus-bus kota lewat, tapi jalur
yang ditunggu-tunggunya tak kunjung lewat juga. Sejenak Icha menghela
nafasnya sambil menebarkan pandangannya ke seluruh calon penumpang yang
berjejalan senasib dengannya. Lalu menengok ke belakang, memperhatikan
bangunan bekas Wartel disebrangnya dari arah pintu masuk terminal yang
cukup sepi. Tampak puluhan laki-laki (kalo dilihat sepintas cukup
menyeramkan dgn dandanan acak-acakan) yang tengah meneruskan kegiatan
premanisme nya, walaupun cuaca sedang jelas hendak hujan deras. Hilir
mudik kendaraan yang padat kian membuat kegelisahannya memuncak.
Mendadak hujan turun dengan derasnya. Spontan saja, Icha dan tiga orang
calon penumpang bus kota yang di antaranya dua pasang anak SMA dan
seorang bapak-bapak secara bersamaan numpang berteduh masuk ke lokasi
depan bangunan bekas wartel yang pintunya memang terbuka dan di sana
terdapat bangku kayu serta teduh oleh tritisan beton. Sedangkan belasan
orang lainnya memilih berteduh di depan toko fotocopy yang berada di
sebelah bangunan bekas wartel itu. "Numpang berteduh ya, Pak!" pinta
ijin bapak-bapak itu disahuti teriakan "iya" dari beberapa laki-laki
bertampang preman yang turut pula menghentikan kerjanya lalu berteduh di
dalam bangunan bekas wartel. Tapi dalam beberapa menit saja, bapak tua
itu telah berlari keluar sambil berterima kasih pada para preman
tersebut setelah melihat bus kota yang ditunggunya lewat.
Tak sampai lima menit kedua anak SMA itupun mendapatkan bus mereka. Kini Icha sendirian duduk menggigil kedinginan.
"Aduh...!" kaget Icha yang tersadar dari lamunannya itu tatkala sebuah
bus yang ditunggunya lewat dan berlalu kencang. Tampak wajah gelisah dan
menyesalnya karena melamun.
"Mau pakai 45 ya Dik?" tanya seorang preman berambut gondrong yang masih
muda belia telah berdiri di samping Icha yang tengah mondar-mandir di
depan bangku.
Icha sempat kaget, lalu tersenyum manis sekali.
"Iya Mas. Duh, busnya malah bablas. Gimana nih?!"
"Tenang saja, Bis 45-kan sampai jam tujuh malam. Tunggu saja di sini, ya!" ujarnya sambil masuk ke dalam.
Icha hanya mengangguk ramah, lalu duduk kembali di bangkunya, yang
sesekali waktu dia menengok ke arah timur, kalau-kalau terlihat bus 45
lewat. Setengah jam lewat. Tak ada tanda-tanda bus itu lewat. Icha
melihat ke dalam gedung yang gelap itu, tampak sekitar belasan preman
sedang istirahat. Sebagian asyik ngobrol, lainnya merokok atau mandi di
bawah siraman air hujan. Lainnya terlihat terus-menerus memperhatikan
Icha. Perasaan tak enak mulai menyelimuti hatinya.Suasana semakin gelap
dan sepi karena menjelang maghrib.
Belum sempat otaknya berpikir keras untuk dapat keluar dari lokasi
tersebut, mendadak sepasang tangan yang kuat dan kokoh telah mendekap
mulut dan memiting lehernya. Icha yang bertubuh imut kaget dan berontak.
Tapi tenaga preman kasar itu sangatlah kuat, apalagi preman itu
buru-buru mengangkat kedua kaki Icha untuk segera dibawanya masuk ke
dalam bangunan bekas wartel tersebut.
"Diam anak manis! Atau kami gorok lehermu ini, hmm!" ancam preman yang
telanjang dada yang menyekapnya itu sambil menempelkan sebilah belati
tajam di lehernya, sedangkan belasan preman lainnya tertawa-tawa senang
penuh nafsu birahi memandangi kemolekan tubuh Icha yang sintal padat
berisi itu. Icha hanya mengangguk-angguk diam penuh suasana takut yang
mencekam. Tak berapa lama gadis cantik itu sesunggukan. Tapi apalah
daya, suara hujan deras telah meredam tangis sesenggukannya. Sedangkan
tawa-tawa belasan preman usia 16 sampai yang tertua 45 tahun itu kian
girang dan bergema sembari mereka menanggalkan pakaiannya masing-masing.
Icha melotot melihatnya.
"Jangan macam-macam kamu, ya. Hih!" ancamnya lagi sambil membanting
tubuh Icha di atas hamparan tikar disau ruangan kamar dalam bangunan
bekas wartel yang sengaja digelar untuk Icha. Tas sekolahnya diserobot
dan dilempar ke pojok. Icha tampak menggigil ketakutan. Wajahnya pucat
pasi menyaksikan belasan preman itu berdiri mengelilingi dirinya
membentuk formasi lingkaran yang rapat.
"Tolong... tolong ampuni saya Pak... jangan sakiti aku... kumohon...
tolooong, ouh.. jangan sakiti aku..." pinta Icha merengek-rengek
histeris sambil berlutut menyembah-nyembah mereka.
Tapi belasan preman itu hanya tertawa ngakak sambil menuding-nuding ke
arah Icha, sedangkan lainnya mulai menyocok-ngocok batang zakarnya
masing-masing.
"Buka semua bajumu, anak manis! Ayo buka semua dan menarilah dengan
erotisnya. Ayo lakukan, cepaaaat!" perintah yang berbadan paling kekar
dan usia sekitar 30 tahun itu yang tampaknya adalah kepala premannya
sambil mencambuk tubuh Icha dengan ikat pinggang kulitnya.
"Cter!"
"Akhhh... aduh ! Sakit, Pak... akhh..!" jerit kesakitan punggungnya yang kena cambuk sabuk.
Tiga kali lagi preman gondrong itu mencabuk dada, paha dan betisnya.
Sakit sungguh minta ampun. Icha menjerit-jerit sejadinya sambil
meraung-raung minta ampun dan menangis keras. Tapi toh suaranya tak
dapat mengalahkan suara hujan.
"Cepat lakukan perintahku, anak manja! Hih!" sahut preman sambil
melecutkan sabuknya lagi ke arah dada Icha yang memang tumbuhnya belum
seberapa besarnya, bisa dikatakan, buah dadanya Icha baru sebesar tutup
teko poci. Icha kembali meraung-raung.
"Iya.. iya Pak... tolong, jangan dicambuki... sakiiit... ouh... oooh...
huk... huuuh..." ucap Icha yang telah basah wajahnya dengan air mata.
Ucapannya itu disahuti oleh gelak tawa para preman yang sudah tak sabar lagi ingin menikmati makan sore mereka.
"Aduuuh, udah ngaceng nih, buruan deh lepas bajunya."
"Iya, nggak tahan lagi nih, mau kumuntahkan kemananya yaaa?"
Perlahan Icha beranjak berdiri dengan isak tangisnya.
"Sambil menari, ayo cepat... atau kucambuk lagi?" desak preman mengancam.
Icha hanya mengangguk sambil menyadari bahwa batang-batang zakar mereka telah ereksi semua dengan kencangnya.
Icha perlahan mulai menari sekenanya sambil satu persatu memreteli
kancing seragam SMA-nya, sedangkan para preman memberikan ilustrasi
musik lewat mulut-mult mereka. Riuh tapi berirama dangdut. Sorak-sorai
mewarnai jatuhnya bajunya. Icha kian pucat. Kini gadis itu mulai melepas
rok abu-abunya. Kain itu pun jatuh ke bawah dengan sendirinya. Kini
Icha tinggal hanya memakai BH dan CD serta sepatu. Sepatu dilepas. Icha
lama sekali tak melepas-lepas BH dan CD-nya. Dengan galak, bos preman
mencabuk punggungnya.
"Cter!"
"Auuukhhh.. ouhk...!" jerit Icha melepas BH dan CD-nya dengan buru-buru.
Tentu saja dia melakukannya dengan menari erotis sekenanya. Terlihat
jelas bahwa Icha belum memiliki rambut kemaluan. Masih halus mulus serta
rapat. Tepuk tangan riuh sekali memberikan aplaus.
Sedetik kemudian, rambut Icha dijambak untuk dipaksa berlutut di depan bos preman tersebut. Icha nurut saja.
"Ayo dikulum, dilumat-lumat di disedooot... kencang sekali, lakukan!"
perintahnya menyodorkan batang zakarnya ke arah mulut Icha.
Icha dengan sesenggukan melakukan perintahnya dengan wajah jijik.
"Asyik.. terus, lebih kuat dan kencang...!" perintahnya mengajari juga untuk mengocok-ngocok batang zakar bos preman.
Icha dengan lahap terus menerus menyedot-nyedot batang zakarnya bos
preman yang sangat keasyikan. Seketika zakar itu memang kian ereksi
tegangnya. Bahkan bos preman menyodok-nyodokkan batang zakarnya ke dalam
mulut Icha hingga gadis itu nyaris muntah-muntah karena batang zakar
itu masuk sampai ke kerongkongannya.
Di belakang Icha 2 Preman mendekat sambil jongkok dan masing-masing
meremas-remas kedua belah buah dadanya Icha sembari pula
mempintir-plintir dan menarik-narik kencang puting-puting susunya itu.
"Ouuhk... hmmmk.. aauuuhk... hmmmk...!" menggerinjal-gerinjal mulut Icha yang masih menyedot-nyedot zakar mandor.
Tak berapa lama spermanya muncrat di dalam mulut Icha.
"Creeeot... cret... crooot...!"
"Telan semua spermanya, bersihkan zakarku sampai tak tersisa!" perintah galak sambil menjambak rambut Icha.
Gadis itu menurut pasrah. Sperma ditelannya habis sambil menjilati lepotan air mani itu di ujung zakar bos preman sampai bersih.
Bos preman mundur. Kini Icha kembali melakukan oral seks terhadap zakar
preman kedua. Dalam sejam Icha telah menelan sperma 12 orang preman
cimone tersebut! Tampak sekali Icha yang kekenyangkan sperma itu
muntah-muntah sejadinya. Tapi dengan galak bos preman kembali
mencambuknya. Tubuh bugil Icha yang imut berguling-guling di atas tikar
sambil dicambuki bos preman.
Kini dengan ganas, mereka mulai menusuk-nusukkan zakarnya ke dalam
vagina sempit Icha. Gadis itu terlihat menjerit-jerit kesakitan saat
tubuhnya digilir untuk diperkosa bergantian. Sperma-sperma berlepotan di
vagina dan anusnya yang oleh sebagian mereka juga melakukan sodomi dan
selebihnya membuang spermanya di sekujur tubuhnya Icha. Icha benar-benar
tak tahan lagi. Tiga jam kemudian gadis itu pingsan. Dasar preman
rakus, mereka masih menggagahinya. Rata-rata memang melakukan
persetubuhan itu sebanyak tiga kali. Darah mengucur deras dari vagina
Icha yang malang.
Sesekali Icha memohon untuk istirahat dulu karena kecapean,Untung ada
selorang preman yang baik hati dan menyuruh Icha mandi dulu dibelakang
bangunan bekas wartel itu.Dengan lemas dan tubuh bugil icha melangkah
dengan tertatih kekamar mandi.Rupanya ada 2 orang preman yang
menguntitnya dan kembali menyetubuhi gadis malang tersebut dikamar
mandi.Sekitar 1 jam Icha kembali di eksekusi dikamar mandi.Setelah
selesai ia disuruh masuk kembali kemar tadi dan didalam sudah menunggu 8
preman yang sudah bugil.Jam sudah menunjukan pukul 10 malam kembali
Icha digilir oleh 8 preman tersisa secara bergantian.
"Ampun ampun bang,aku udah ga tahan tolong....."dengan mengiba Icha
memohon preman-preman tersebut menyudahi aksinya.Tanpa kenal ampun
mereka terus menggagahi Icha berkali-kali dengan berbagai gaya,dari Man
on Top hingga Dogy style akhirnya Icha kembali tak sadarkan diri.Hingga
Jam 2 malam dan itu pun Icha kembali dibangunkan oleha seorang preman
yang tadi menyuruhnya mandi."Hei imut!cepatlah kan pakai baju dan rokmu
buru-buru,aku kasihan sama kau,sebentar lagi sopir-spoir bus antar kota
akan datang istirahat dikamar ini,dan kamu mau jadi santapan mereka
pula?cepatlah keluar dari sini dan sembunyi diloket diluar sana!"
Akhirnya buru-buru Icha memakai satu persatu pakaiannya dan dengan
diantar preman satu itu dia sembunyi di dalam loket hingga jam 4
pagi.Sebenarnya ada beberapa sopir yang mengetahui keberadaan Icha
disana tetapi karena Icha sudah dilindungi oleh satu preman itu dia
tidak jadi dieksekusi lagi."Sudah makan kau?"tanya si preman,"Icha
menggeleng"makanlah roti ini dan teh botol ini jangan takut nanti jam 5
segeralah kau naik bus 45 dan ingat jangan coba-coba melaporkan kejadian
ini kesiapapun apalagi polisi,nanti kau tau sendiri akbiatnya!"Kata
preman itu.Icha mengangguk lemah dan memakan roti yg diberikan preman
itu.
Hari naas itu,Selama 12 jam(semalaman) Icha menjadi korban kebiadaban
preman-preman cimone dan menjadi pengalaman yg tidak terlupakan selama
hidupnya.Dia tidak berani melaorkan kejadian itu kepada siapapun hingga
dia mengenal penulis(roy) yang pernah menjadi tamunya.Oiya ICha inilah
salah satu Cewek Panggilan yang pernah penulis booking beberapa bulan
yang lalu hingga kini icha bergabung dalam komunitas RUMAHGANGBANG dan
3Some komersil.Dan kejadian inilah yang membuat Icha hingga hari ini
amat menyukai aktifitas sex secara beramai-ramai,dia mengaku sangat puas
bisa melayani beberapa laki-laki dalam sekali bermain sex.
0 comments:
Post a Comment